Indonesia Bisa Ciptakan Generasi Sehat : Bersatu Menuju Indonesia Bebas TB

Apa itu TB?

Tubercolosis atau yang sering disebut dengan TB merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mikrobakterium dan dapat menular lewat udara.Penyakit ini merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian hampir di sebagian besar negaran di dunia. Umumnya penyakit ini menyerang paru-paru, kelenjar getah bening, selaput otak, kulit, tulang dan persendian, usus, ginjal dan organ tubuh lainnya.

Tuberkosolis atau dikenal dengan TB telah hadir pada manusia sejak jaman dahulu. Sejarahnya dapat dilacak sampai ribuan tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai penyebab kematian yang paling menakutkan. Bakteri microbacterium ditemukan pada sisa-sisa kerangka manusia prasejarah sekitar 4000 SM. Pembusukan TBC pun ditemukan pada punggung mumi Mesir sekitar 3000 – 2400 SM. Sebelum Revolusi Industri,  kematian akibat TB dianggap menjadi vampir. Orang yang terinfeksi TB menunjukkan gejala mirip dengan vampir yaitu mata merah dan bengkak, kulit pucat, dan batuk darah, yang seakan-akan menunjukkan bahwa satu-satunya cara untuk untuk mengisi kehilangan darah adalah dengan menghisap darah. Hal ini didukung oleh fenomena bahwa ketika salah satu anggota keluarga meninggal karena terserang TB, maka anggota keluarga lain ikut diserang yang ditularkan oleh penderita TB pertama.

Kemudian, pada 24 Maret 1882, Robert Koch menemukan bakteri penyebab TB. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA) atau disebut juga Basil Koch. Pada masa itupaham bahwa penularan TB adalah lalui kebiasaan meludah di sembarang tempat dan ditularkan melalui debu dan lalat. Hingga tahun 1960, paham ini masih dianut di Indonesia.

Di negara maju seperti Eropa Barat dan Amerika Utara, angka kesakitan maupun angka kematian TB paru pernah menurun secara tajam. Di Amerika Utara, saat awal orang Eropa berbondong-bondong bermigrasi ke sana, kematian akibat TB pada tahun 180 sebesar 650 per 100.000 penduduk, tahun 1860 turun menjadi 400 per 100.000 penduduk, di tahun 1900 menjadi 210 per 100.000 penduduk, pada tahun 1920 turun lagi menjadi 100 per 100.000 penduduk, dan pada tahun 1969 turun secara drastis menjadi 4 per 100.000 penduduk per tahun. Angka kematian karena tuberkulosis di Amerika Serikat pada tahun 1976 telah turun menjadi 1,4 per 100.000 penduduk.

Di Indonesia, TB masih merupakan masalah kesehatan penting sekaligus merupakan salah satu indikator keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh manusia, yaitu menurunkan angka kesakitan dan kematian menjadi setengahnya di tahun 2015. WHO menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara urutan ke-5 dari 22 negara yang memiliki masalah TB tersebsar di dunia. Hal ini menjadi kerja keras bagi Indonesia untuk berupaya meminimalkan angka TB. Berdasarkan baseline data tahun 1990 dan pencapaian di tahun 2010,Indonesia memang telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian. Insidens berhasil diturunkan sebesar 45% yaitu 343 per 100.000 penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk, prevalens dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 per 100.000 penduduk menjadi 289 per 100.000 penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 per 100.000 penduduk menjadi27 per 100.000 penduduk. Namun, walaupun jumlahnya sudah berhasil ditekan, tapi jumlah pasien TB dan kematiannya masih cukup banyak.Indonesia masih harus ketat dalam pengendalian penyakit ini.

 

Upaya Pengendalian TB

Berbagai langkah dan upaya tentunya diperlukan utnuk menekan angka ini sampai dengan nol. Langkah pengobatan bukanlah sebuah masalah yang rumit mengingat saat ini penanganan TB secara klinis sudah dilakukan secara bersama-sama di seluruh dunia. Untuk strategi nasional pengendalian TB, terobosan diarahkan kepada tujuan tercapainya akses universal layanan TB yang berkualitas.

Permasalahan TB yang dihadapi saat ini, belum semua kasus yang diketemukan terutama di RS swasta & dokter praktek swasta yg terpantau oleh pemerintah. Kendala lainnya adalah belum semua pasien TB diobati sesuai standar internasional yang menjamin kesembuhan.

Penyediaan, dosis dan strategi pemberian obat yang petunjuk teknisnya sudah dikeluarkan  oleh WHO menjadi acuan bagi penatalaksanaan TB secara global. Membangun kemitraaan dalam penanganan TB sebagai masalah epidemiologis juga telah dicanangkan dan semakin dikuatkan dengan menggandeng seluas mungkin pihak-pihak yang memiliki potensi untuk dapat mengurangi angka TB di seluruh dunia. Harus disadari bahwa TB tidak bisa ditangani oleh Pemerintah atau jajaran kesehatan saja. Penanganan TB perlu melibatkan kerjasama mitra dan sektor terkait yaitu pemerintah, swasta, masyarakat, bahkan pasien TB. Beberapa program terobosan pun akan dilaksanakan pada tahun 2012 & diharapkan mampu mempercepat tujuan & target program TB dg situasi saat ini.

Ayo, Indonesia Bisa!

Ciptakan Generasi Sehat, Selamatkan diri dan keluarga Anda!

Meskipun beberapa konsep pencegahan TB lebih kepada area-area pemberian obat, pencegahan dengan meningkatkan daya tahan tubuh layaknya adalah pencegahan yang paling baik, paling mudah, dan paling hemat dilakukan.

Berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan dalam rangka untuk membentuk benteng pertahanan dari masuknya bakteri TB :

  • Konsumsi makanan bergizi Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC.
  • Vaksinasi dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit TBC, khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa menembus aliran darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan kata lain, karena sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan.
  • Lingkungan Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC berlangsung cepat. Itulah mengapa upayakan lingkungan yang sehat dan jaga kebersihan makanan dan minuman. Istirahat dan berolahragalah yang cukup agar daya tahan tubuh meningkat.

Semoga dengan bersatunya masyarakat melalui meningkatnya kesadaran masyarakat mulai dari anak-anak hingga lansia dalam menjaga daya tahan tubuh dan daya tahan lingkungan, kita semua bisa melawan TB, sesuai dengan pesan global yang dicanangkan oleh WHO dalam penanganan TB yaitu  “ Bersatu Menuju Indonesia  Bebas TB “: Perlawanan Untuk Pemberantasan” dan tema global “Stop TB in My Life Time : Call for World TB Free”

 

Jarkom ISMKMI

One thought on “Indonesia Bisa Ciptakan Generasi Sehat : Bersatu Menuju Indonesia Bebas TB

  1. Lafi Munira says:

    Reblogged this on aku dan bintang.

Leave a comment